Saturday, August 18, 2012

Bigfoot

   Dunia Kriptozoologi tidak hanya berisi makhlukmakhluk penghuni danau seperti Nessie, Champ, atau Ogopogo (baca artikelnya), tetapi juga makhluk darat. ada anggapan karena tinggal di darat tentu manusia lebih mudah menyelidikinya. Tidak demikian kenyatannya. Makhluk darat yang disinyalir sebagai makhluk purbakala sama-sama misteriusnya. Bahkan, keberadaannya yang meragukan akhirnya hanya meramaikan perdeabatan.

   Bigfoot adalah makhluk hidup mirip gorila atau king kong yang berjalan tegak dan berbulu lebat berawrna hitam. Ukuran tinggi bigfooot dapat mencapai sekitar 6 kaki atau mungkin sedikit lebih besar dari beruang grizzly. Orang-orang yang mengaku melihat bigfoot mungkin akan dibantah bahwa yang ia lihat adalah beruang grizzly. Namun, saksi yang teliti punya beberapa alasan, yakni tidak mungkin seekor grizzly dapat berdiri tegak dalam waktu yang lama. Selain itu, ciri-cirinya pun tidak sama persis. Tangan dan kaki bigfoot dapat dibedakan dengan tangan dan kaki seekor beruang. Begitu pula dengan hidung dan matanya. Bigfoot tidak mempunyai moncong, hidungnya datar, dan matanya kecil serta gelap.

   Ternyata legenda bigfoot (makhluk besar berbulu) hampir dimiliki oleh setiap kebudayaan. Di Amerika Utara mereka disebut bigfoot (kaki besar) atau Sasquatch. Di Asia, terutama di wiliyah Himalaya makhluk berjuluk Yeti. Di kawasan Australia penduduk setempat memliki legenda Yowie sementara di Amerika Selatan di kawasan Amazon dijuluki Mapinguari.

   Fenomena bigfoot pertama kali didokumentasikan adalah penemuan jejak berukuran besar pada 1811. Kemudian, nama bigfoot berkembang luas setelah di kawasan Bluff Creek, California, ditemukan jejak kaki berukuran besar.

   Para ahli kriptozoologi menduga bigfoot adalah keturunan Gigantopothecus blacki, yaitu primata purba yang hidup di wilayah Asia sekitar 300.000 tahun yang lalu yang fosilnya juga dapat ditemukan di wilayah Eropa dan Afrika. Praduga ini didasarkan pada bentuk kemiripan fisik antara bigfoot dengan Gigantopithecus blacki. Jika benar bagaimana bigfoot mampu bertahan hidup dan berkembang biak sampai ke abad-21 ini?

   Selain para ahli kriptozoologi, fenomena kemunculan bigfoot mengundang reaksi penduduk asli di Nepal. Memang, di HImalaya terkenal memiliki makhluk Yeti yang berhabitat di sana. Yeti adalah manusia salju yang berciri sama seperti bigfoot. Bahkan, banyak orang menganggap Yeti adalah varietas lain dari bigfoot, yakni bigfoot berbulu putih. Sherpa, penduduk asli di Nepal berpendapat bigfoot sebenarnya tidak pernah ada, dia bukan makhluk yang benar-benar ada di dunia ini. "Yeti atau bigfoot itu ada di balik pikiran semua manusia, hanya mereka yang diberkatilah yang tidak dihantui makhluk itu." Seorang anggota suku Indian Athapaska dari Alaska berpendapat sasquatch (nama lain dari bigfoot) menampkkan diri untuk membantu kelompok yang tengah dilanda masalah. Sasquatch membawa pesan-pesan utnuk suatu perubahan.

   Hal senada diungkapkan Richard Freeman, "Apa yang mereka lihat bukanlah bigfoot atau sasquatch. Ia adalah sosok kabur di pepohonan, dan libih mirip hantu daripada makhluk berdaging. Lagipula, andai makhluk itu berdaging, Inggris bukanlah tempat yang cocok bgi mereka." kata Richard freeman, dari Center for Fortean Zoology yang aslah satu temanny menjadi saksi penampakan tersebut. Perkataan tu dilontarkan Freeman atas pencarian besar-besaran para peneliti yang mengadakan ekspedisi ke Danau Bolam, dekat Newcaste, Inggris. Berdasarkan laporan yang banyak mereka terima, di kawasan tersebut terlihat penampakan makhluk tinggi besar dan gelap. Pada ekspedisi itu beberapa anggota rombongan berhasil melihat apa yang mereka sebut Besat of  Bolam.

   Sementara itu, potret yang berhasil mengabadikan bigfoot diambil pada 20 Oktober 1967 oleh dua pemburu, Roger Patterson dan Bob Gimlin. Patterson dan Gimlin memotret menggunakan kamera film 16 mm. Ketika itu, mereka sedang berburu di Hutan Bluff Creek di wilayah utara California. Di tengah hutan secara tidak sengaja mereka berpapasan dengan makhluk besar misterius yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

   Pertemuan yang tidak disengaja itu bukan hanya mengagetkan dua pemburu itu, melainkan juga kuda-kuda mereka. Kuda-kuda itu berjingkrak-jingkrak dan menghempaskan tuannya ke tanah. Gimlin yang panik sempat melepaskan tembakan. Tembakan Gimlin mengejutkan makhluk misterius masuk ke dalam hutan. Didorong rasa penasaran, Patterson dan Gimlin mengejar makhluk tersebut. Mereka sempat mengintai dan membidikkan kamera sebelum makhluk itu kembali menghilang.


   Foto dan kisah yang dialami dua pemburu itu banyak disangsikan orang. Namun, para peneliti mengesahkan film tersebut otentik. Gambar tersebut bukan merupakan suatu objek rekayasa, melainkan benar-benar hasil jepretan terhadap suatu objek makhluk hidup. Dua pemburu itu juga menuturkan bahwa makhluk itu meskipun berbadan besar, larinya sangat cepat.

   Pengalaman yang hampir sama dialami oleh William Roe pada 26 Agustus 1957, Roe adalah penjaga cagar alam di wilayah Minesotta, USA yang baru 2 tahun bekerja. Ketika berjalan-jalan di sebuah lembah, dia melihat seekor makhluk aneh berbulu di sebuah lembah mirip seekor beruang grizzly. Namun, setelah lebih lama mengamati Roe sadar makhluk di depannya bukan seekor beruang. Roe sendiri dengan bebas dapat melihat makhluk asing itu karena dia berada di aas lereng dengan ketinggian 20 kaki dari tempat makhluk itu berdiri. Sebelum dia menghilang ke dalam begetasi lebat, Roe sempat mengdengar ringkikan suara mirip gorila. Roe begitu terpikat, jelas yang dilihatnya bukan seekor beruang grizzly. Jika ternyata itu adalah sejenis primata mungkinkah berdiri dan berjalan setegak itu dan memakan daging seperti yang dia lihat? Itulah yang membingungkan hati Roe.

   Laporan yang mengejutkan datang dari pihak berwenang Spotsylvania County Landfill, Virginia Amerika. Mereka mengklaim menemukan potongan kaki seukuran manusia, tetapi dapat dipasikan bahwa kaki tersebut bukanlah kaki manusia. Pihak rumah sakit mengatakan bahwa potongan kaki yang dilakukan adalah spesies dari jenis monyet. Pencarian masih terus dilakukan untuk mencari potongan tubuh yang lain.

   April D. truitt yang bekerja pada pusat penyelamatan binatang di Kentucky mengatakan bahwa kaki yang ditemukan terlalu besar untuk ukuran kaki primata. Sementara itu, William Dranginis, kepala organisasi penelitian bigfoot di Virginia yang telah mempelajari bigfoot selama sepuluh tahun meyakinkan bahwa potongan kaki tersebut adalah milik bigfoot.

   Ternyata kemunculan bigfoot tidak hanya ditemukan di Amerika. Baru-baru ini dikabarkan bigfoot terlihat di Johor, Malaysia. Meskipun berita ini masih menjadi sebatas spekulasi Pemerintah Malaysia justru giat meneliti jejak tapak yang ditinggalkan makhluk raksasa di sekitar cagar alam Johor.

   Jadi, sewaktu-waktu bisa saja bigfoot muncul di hutan lebat Kalimantan.

   Ternyata, bigfoot telah muncul di Kalimantan. Bukan di hutan lebat, malinkan di Desa Daro. Penduduk di Desa Daro dikejutkan dengan penemuan jejak kaki raksasa. Jejak tersebut sepanjang 47 inci dan lebar 17 inci. Jelas terlalu besar untuk ukuran manusia normal. Jejak tersebut ditemukan 4-6 buah dengan jarak masing-masing tapak kaki bukup jauh. Anehnya jejak itu raib di tengah jalan. Lebih anehnya lagi menurut pengakuan penduduk setempat seminggu sebelum jejak tersebut ditemukan, orang-orang di Desa Daro merasakan hawa aneh yang tidak biasa. Banyak penduduk jatuh sakit.
Jejak kaki raksasa yang ditemukan di Desa Daro

0 comments:

Post a Comment

Apabila ada komentar seperti "SARA" dan sebagainya akan langsung di hapus. Wujudkan budaya berkomentar yang baik.